بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala Puji bagi Allah SWT atas RahmatNYA, kita di beri
kesehatan sampai detik ini, yang dimana
kita telah memasuki tahun baru Hijriyah
1434. Apa rencana kita pada tahun ini? Perbuatan apa yag harus kita lakukan
pada tahun ini? Jawaban nya adalah HIJRAH!
Di dalam Risalah Tabukiyah, Imam Ibnul Qoyyim membagi hijrah menjadi 2 macam. Pertama, hijrah dengan hati menuju Alloh dan Rosul-Nya. Hijrah ini hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap orang di setiap waktu. Macam yang kedua yaitu hijrah dengan badan dari negeri kafir menuju negeri Islam. Diantara kedua macam hijrah ini hijrah dengan hati kepada Alloh dan Rosul-Nya adalah yang paling pokok.
Hijrah Dengan Hati Kepada
Alloh
Allah berfirman,
“Maka segeralah (berlari) kembali mentaati Allah.” (Adz Dzariyaat: 50)
Inti hijrah kepada Allah ialah dengan
meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju apa yang dicintai-Nya. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang muslim ialah
orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan
seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang
dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hijrah ini meliputi ‘dari’ dan ‘menuju’: Dari
kecintaan kepada selain Allah menuju kecintaan kepada-Nya, dari peribadahan
kepada selain-Nya menuju peribadahan kepada-Nya, dari takut kepada selain Allah
menuju takut kepada-Nya. Dari berharap kepada selain Allah menuju berharap
kepada-Nya. Dari tawakal kepada selain Allah menuju tawakal kepada-Nya. Dari
berdo’a kepada selain Allah menuju berdo’a kepada-Nya. Dari tunduk kepada
selain Allah menuju tunduk kepada-Nya. Inilah makna Allah, “Maka segeralah kembali pada Allah.” (Adz Dzariyaat:
50). Hijrah ini merupakan tuntutan syahadat Laa ilaha illallah.
Hijrah Dengan Hati Kepada
Rosululloh
Allah berfirman, “Maka
demi Robbmu (pada hakikatnya) mereka tidak beriman hingga mereka menjadikanmu
sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa keberatan di dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An
Nisaa’: 65)
Hijrah ini sangat berat. Orang yang menitinya
dianggap orang yang asing diantara manusia sendirian walaupun tetangganya
banyak. Dia meninggalkan seluruh pendapat manusia dan menjadikan Rosululloh
sebagai hakim di dalam segala perkara yang diperselisihkan dalam seluruh
perkara agama. Hijrah ini merupakan tuntutan syahadat Muhammad Rosulullaoh.
Pilihan Allah dan Rasul-Nya itulah satu-satunya
pilihan
Allah berfirman, “Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, ada bagi
mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang
nyata.” (Al Ahzab: 36)
Dengan demikian seorang muslim yang
menginginkan kecintaan Allah dan Rasul-Nya tidak ragu-ragu bahkan merasa mantap
meninggalkan segala perkara yang melalaikan dirinya dari mengingat Allah. Dia
rela meninggalkan pendapat kebanyakan manusia yang menyelisihi ketetapan Allah
dan Rasul-Nya walaupun harus dikucilkan manusia.
Seorang ulama’ salaf berkata, “Ikutilah
jalan-jalan petunjuk dan janganlah sedih karena sedikitnya pengikutnya. Dan
jauhilah jalan-jalan kesesatan dan janganlah gentar karena banyaknya
orang-orang binasa (yang mengikuti mereka).
Surabaya, 9 Muharram
1434
23 November 2012